Medan – 4 Desember 2024
Semangat kebangsaan dan nilai-nilai karakter luhur bangsa Indonesia kembali digaungkan dalam *Seminar Tridimensi Bela Negara dan Bedah Buku* yang berlangsung khidmat di Kantor Gubernur Sumatera Utara. Kegiatan ini dihadiri oleh para undangan terhormat dari berbagai kalangan, tokoh akademisi, serta pegiat kebangsaan yang antusias mengikuti setiap sesi.
Mengawali acara, pembawa acara mengumumkan dimulainya sesi utama dengan ucapan, *“Undangan yang berbahagia, kita akan masuk kepada sesi utama yaitu Seminar Tridimensi Bela Negara dan Bedah Buku.”* Sambutan itu disambut antusias peserta yang telah memadati ruangan.
Sesi pertama menghadirkan narasumber utama, seorang akademisi terkemuka, **Prof. Ir. Zulkarnain Lubis, M.Sc., Ph.D.**, Guru Besar di salah satu universitas swasta terkemuka di Medan. Dalam pengantarnya, riwayat pendidikan beliau turut dibacakan, mulai dari pendidikan S1 dan S2 di Bogor Agricultural University (IPB) hingga program doktoralnya di Colorado State University serta studi lanjut di Universiti Kebangsaan Malaysia.
Dalam paparannya yang berjudul *“Menanamkan Nilai Bela Negara dalam Pembentukan Karakter Humanis”*, Prof. Zulkarnain mengajak peserta menyelami pentingnya keseimbangan tiga dimensi dalam diri manusia: **Naluri, Nalar, dan Nurani**. Ia menyampaikan dengan tegas bahwa karakter luhur bangsa Indonesia sejatinya telah melekat sejak lama, namun mengalami degradasi akibat ketidakseimbangan dalam mengelola tiga elemen tersebut.
> *“Karakter bangsa Indonesia sesungguhnya adalah karakter yang terpuji, membanggakan, penuh gotong royong, humanis, dan toleran. Namun, saat ini banyak di antara kita yang menjadi mudah marah, egois, suka menyakiti orang lain, bahkan melakukan korupsi dan kebohongan secara terang-terangan,”* ungkap beliau.
Prof. Zulkarnain menjelaskan bahwa **naluri** adalah bagian dasar dari diri manusia, yang jika tidak dikendalikan hanya akan mendorong pada tindakan-tindakan kebinatangan. **Nalar** atau akal budi menjadikan manusia makhluk yang berdaya cipta dan penguasa bumi. Namun, tanpa **nurani**, akal bisa berubah menjadi alat untuk mengakali dan menindas.
> *“Dengan naluri saja, kita seperti binatang. Dengan akal saja, kita bisa menjadi jahat. Tapi jika kita mampu menyelaraskan naluri, nalar, dan nurani, maka kita menjadi manusia yang utuh dan seimbang,”* tegasnya.
Ia pun menekankan pentingnya pendidikan karakter yang menumbuhkan nilai-nilai nurani sebagai fondasi kebangsaan dan kemanusiaan. Nurani, kata beliau, adalah suara batin, ruh ilahi yang ditiupkan ke dalam tubuh manusia. Tanpa nurani, manusia akan kehilangan arah dalam hidup bermasyarakat dan berbangsa.
Seminar ini ditutup dengan ajakan reflektif untuk terus memperkuat nilai bela negara melalui pembinaan karakter humanis dan spiritual yang kuat, terutama bagi generasi muda sebagai pewaris bangsa.
Kegiatan dilanjutkan dengan sesi bedah buku dan diskusi interaktif yang menambah semarak dan kesan mendalam bagi seluruh peserta.
Humas Panitia
Seminar Tridimensi Bela Negara
Kantor Gubernur Sumatera Utara

